Postingan

Sepotong Roti

11 tahun silam. DI sebuah taman kanak-kanak pada jam istirahat. Riuh. Bak capung mereka berlari-lari. Memenuhi semua permainan yang disediakan pihak sekolah. Ada anak perempuan duduk manis di samping ibunya. Mulutnya sibuk mengunyah roti isi mentega gula. Tangan kanannya erat memegang kotak bekal warna biru bergambar Mickey Mouse. Datang seorang anak perempuan lagi. Matanya segaris. Berdiri ia tepat di hadapan anak yang asyik makan roti. Tanpa sungkan, ia berbicara pada ibu yang duduk di samping anak yang asyik makan roti. “Mak, boleh minta rotinya ngga?” Ibu tertegun. Diberinya sepotong roti padanya. Anak itu kesenangan. Ia berlari ke arah ayunan sambil memegang roti dengan gembira. Beberapa bulan lalu. Di sebuah kelas SMA Negeri ternama. Pada jam istirahat. Ada gadis asyik makan roti berselai cokelat. Ibunya senang menyiapkannya bekal. Ia pun senang karena bisa menghemat uang saku. Lalu ada gadis lain berteriak kelaparan. “Lapar! La

Akan

Akan datang hari dimana hati lupa akan perih. Akan datang hari dimana hati belajar mencintai lagi. Akan datang hari dimana hati mengobati lukanya sendiri. Akan datang hari dimana hati menerima yang lain. Akan datang hari dimana hati tak pernah memintamu lagi. Akan datang seorang yang mampu membuatmu mencinta lagi. Akan datang seorang yang mampu mencipta seutas senyum tiap pagi. Akan datang seorang yang buatmu merindu dengan hebatnya lagi. Akan datang seorang yang jadi buatmu peduli. Hati yang akan kasihi orang baru ini hati yang sama dengan yang pernah ku pakai untuk pertahankan orang lain. Hati yang sama yang pernah cintai orang lain sebegitu hebatnya. Hati itu sudah rusak. Aku tak butuh orang lain untuk perbaikinya. Aku butuh hati yang baru. Hati yang benar-benar utuh.

Serah.

"Jangan lewat situ. Sini." Di lamitnya lenganku dengan lembut, dipimpinnya aku menyusuri jalan berlubang yang dipenuhi air hujan sisa semalam. Disusurinya lenganku sampai menyentuh jari-jari kurusku. Lalu digenggamnya. Erat. Dan aku merasa aman. Ini terjadi ratusan hari lalu. Waktu matahari pagi masih hangat menyapa. Waktu hujan turun menenangkan. Fondasi hubungan kita sudah hancur. Ku coba punguti yang tersisa, bentuk fondasi baru, tapi tak pernah bisa jadi. Mungkin fondasi baru ini bukan lagi untukmu. Ada seseorang yang ingin bangun rumah disini. Di tempat yang dulu kamu rasa terlalu kecil menyesakkan. Sudah berapa kali Tuhan ingatiku dengan cara ajaibNya agar tak menyentuh mu lagi. Tapi ada luka yang belum sembuh. Ia masih menganga. Berharap Tuhan mau mengutus salah satu hambanya untuk menutup luka yang mau tak mau tercipta. Agar aku mampu mencinta sekali lagi. Pun begitu ketika kamu pergi. Kamu lupa. Ada potongan hati yang kamu bawa pergi. Hati itu tida