Serah.


"Jangan lewat situ. Sini." Di lamitnya lenganku dengan lembut, dipimpinnya aku menyusuri jalan berlubang yang dipenuhi air hujan sisa semalam.
Disusurinya lenganku sampai menyentuh jari-jari kurusku. Lalu digenggamnya. Erat.
Dan aku merasa aman.

Ini terjadi ratusan hari lalu.
Waktu matahari pagi masih hangat menyapa. Waktu hujan turun menenangkan.

Fondasi hubungan kita sudah hancur. Ku coba punguti yang tersisa, bentuk fondasi baru, tapi tak pernah bisa jadi. Mungkin fondasi baru ini bukan lagi untukmu.
Ada seseorang yang ingin bangun rumah disini.
Di tempat yang dulu kamu rasa terlalu kecil menyesakkan.

Sudah berapa kali Tuhan ingatiku dengan cara ajaibNya agar tak menyentuh mu lagi.

Tapi ada luka yang belum sembuh. Ia masih menganga.
Berharap Tuhan mau mengutus salah satu hambanya untuk menutup luka yang mau tak mau tercipta.
Agar aku mampu mencinta sekali lagi.

Pun begitu ketika kamu pergi. Kamu lupa. Ada potongan hati yang kamu bawa pergi.
Hati itu tidak utuh lagi.
Sejak hari itu, hati tak pernah lagi bekerja sempurna.

Berkali-berkali aku berjanji berdamai pada diriku sendiri, pada keadaan, pada takdir, juga kuasa Tuhan.
Aku berjanji berdamai meski tak kuasa melupakan.

Bagaimana bisa mampu jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama selama ribuan hari bahkan lebih? Tanya nurani.

Nurani.
Bukan Intan Nuraini.


Tapi cinta harus tetap pakai akal sehat. Karena cinta adalah rasionalitas sempurna. Pun harga diri.

Aku sudah lupa rasanya jatuh cinta. Tapi aku pengingat yang handal tentang perih.
Aku juga lupa apa saja yang bisa dilakukan seseorang karena mencinta begitu hebatnya.

Aku menyerah.
Lalu berserah.

Ku lumat waktu dengan menunggumu. Ku makan kenangan dengan merutuk.

Aku bosan.
Kau boleh saja kembali kapanpun kau mau. Tapi aku takkan sama lagi.
Begitu juga kamu. Kamu tak pernah sama lagi untukku.

Lupakan saja walau tak pernah sedikitpun aku berharap untuk kamu lupakan.

"Hello Sirius."
"Welcome back Astronom Amatir."
"Are we an effective team?"
"Yes, we are."

Remember? Do ya?






Komentar

  1. this... touch my heart. every single word that you write here describe everything. are you that broken, dear?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akan

Sepotong Roti